MANAKAH
yang terlebih dahulu harus diwujudkan di Indonesia antara stabilitas politik
dan kesejahteraan ekonomi? Menurut Samuel P. Huntington, “pembangunan ekonomi
dan kestabilan politik merupakan dua sasaran yang satu sama lain berdiri
sendiri, dan kemajuan yang diarahkan untuk mencapai salah satu sasaran tidak
selamanya berkaitan dengan kemajuan untuk mencapai sasaran yang lain".
Meningkatnya
kesejahteraan ekonomi, masih menurut Huntington, bisa memicu terciptanya
stabilitas politik atau bisa juga menjadi penyebab kekacauan yang menciptakan
instabilitas politik. Misalnya sebuah negara yang pembangunan ekonominya bagus
dan kesejahteraan masyarakatnya tercipta secara merata maka akan membuat
masyarakat tersebut hidup dalam ketentraman, sehingga bentuk-bentuk protes
terhadap negara dalam hal pengentasan kemiskinan, misalnya, kemungkinannya akan
lebih kecil terjadi.
Contoh
lainnya, partai oposisi yang kerap memobilisasi massa sebagai instrumen untuk
melakukan serangan politik kepada partai berkuasa yang mengendalikan roda
pemerintahan dengan mengangkat isu kesejahteraan ekonomi akan mengalami
kesulitan dalam hal melakukan konsolidasi terhadap elemen-elemen masyarakat
(misalnya petani atau buruh) kalau ternyata kondisi masyarakat berada dalam
kesejahteraan dan hidup dengan tentram. Di sinilah letak tercapainya kestabilan
politik yang tercipta akibat adanya pembangunan ekonomi yang mensejahterakan.
Hal
yang sebaliknya juga dapat terjadi, pembangunan ekonomi yang tumbuh baik dan
pesat akan mengubah kondisi masyarakat yang sebelumnya sangat apatis terhadap
politik karena yang mereka pikirkan hanyalah “bagaimana mencari makan” untuk
bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi yang sangat menekan mereka.
Pembangunan ekonomi dapat pula merubah pola pikir masyarakat menjadi lebih
berpendidikan dan cerdas. Meningkatnya kecerdasan masyarakat, terutama dalam
hal pengetahuan tentang poitik, akan membuat masyarakat merasa perlu untuk
masuk langsung dalam ranah politik. Masyarakat, dalam kondisi seperti ini, akan
berupaya untuk menciptakan saluran-saluran ekspresi politik mereka
masing-masing, seperti gerakan-gerakan demonstrasi, LSM atau partai politik.
Banyaknya saluran-saluran yang muncul ini akan membuat persatuan politik akan
sulit dicapai, karena meningkatnya jumlah pemain akan pula meningkatkan
dinamisasi dalam lapangan politik.
Huntington
juga menjelaskan bahwa “ketidakstabilan dan kekacauan politik muncul dalam
kondisi di mana angka mobilisasi sosial dan perluasan partai politik cukup
tinggi, sedangkan angka organisasi politik dan pelembagaan ternyata
rendah". Pasrtisipasi politik yang timbul secara besar-besaran di tengah
masyarakat yang tingkat intelektualnya terus meningkat tidak serta merta akan
berdampak positif, hal itu justru dapat menambah intensitas konflik politik
baik secara kualitatif maupun kuntitatif.
Demikian
pula halnya dengan terciptanya stabilitas politik bisa juga berpengaruh pada
terciptanya kestabilan ekonomi atau bahkan justru sebaliknya. Kondisi politik
yang stabil membuat pemerintah selaku pengelola negara bisa berkonsentrasi pada
cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan
sebaliknya, situasi politik yang kacau membuat pemerintah terlebih dahulu harus
memprioritaskan terciptanya situasi kondusif sebelum melakukan pembangunan.
Karena pembangunan yang dilangsungkan di dalam sebuah daerah konflik, misalnya,
akan membuat pembangunan tersebut tidak akan mudah berjalan dengan lancar, atau
bisa saja akan menemui jalan buntu.
Huntington
meyakini bahwa “dalam beberapa hal tertentu pembaharuan memang dapat mengurangi
ketegangan dan mendorong terciptanya perdamaian, dan perubahan itu tidak
terjadi dengan kekerasan". Sebaliknya, pembaharuan, dalam beberapa hal
pula, malah membuka peluang bagi terciptanya ketegangan atau kekerasan yang
bisa memicu terciptanya ketidakstabilan politik.
Dalam
konteks Indonesia, kondisi perekonomian memang amburadul. Demikian pula dengan
situasi politik yang jauh dari kestabilan. Kasus korupsi yang marak diberitakan
di media massa menggambarkan bawa situasi politik Indonesia penuh hiruk-pikuk
yang tidak berkesudahan. Belum lagi kondisi perekonomian masyarakat yang
carut-marut seperti naiknya harga Sembako, matinya industri-industri berskala
menengah ke bawah akibat efek dari kebijakan perdagangan bebas dan sebagainya.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia di tahun 1997 telah menciptakan sebuah
kondisi sosial-politik yang bergejolak. Krisis ekonomi berimbas pula pada
terciptanya ketidakstabilan politik. Gelombang protes yang maha besar di tahun
1998 yang melanda Indonesia yang berawal dari terjadinya krisis ekonomi
melahirkan sebuah ketidakstabilan situasi politik yang berujung pada lengsernya
Soeharto. Sebelum terjadi krisis ekonomi tersebut, rakyat telah terlebih dahulu
merasa gerah dan geram akibat dari dikekangnya kebebasan bersuara mereka.
Lapangan
politik Indonesia memang sangat jauh dari situasi kondusif, maka dari itu perlu
kiranya diciptakan dulu suasana politik yang harmonis agar target pembangunan
bisa dicapai dengan efektif dan efisien. Berbagai permasalahan politik yang
mengguncang Indonesia harus segera diselesaikan, bukan malah disembunyikan
karena suatu saat masalah yang tidak terselesaikan secara tuntas tersebut bisa
mencuat kembali ke permukaan dan carut-marut politik tidak akan pernah
berakhir.
Kondisi
perekonomian masyarakat tidak akan pernah baik kalau para elite politik masih
terus berkutat pada pergulatan antara sesama mereka. Para elite perlu
menciptakan stabilitas politik dahulu dan mulai memikirkan bagaimana caranya
melakukan pembangunan yang baik agar masyarakat hidup sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar